Efek induksi adalah Suatu aksi
elektrostatik yang diteruskan melalui rantai atom dalam suatu molekul (lewat
ikatan σ).
Dan efek itu dapat dinyatakan
sebagai I + dan I –
I + jika subtituen yang terikat mendorong
elektron ( melepaskan e - )
I - jika subtituen yang terikat menarik Elektron
( mengambil e - )
Efek induksi dari gugus yang terikat pada rantai R dari
asam karboksilat (gugus COOH)
H2 O
R – COOH H+ + R - COO –
Bila ada gugus yang terkait pada
alkil dari asam karboksilat bersifat menarik elektron, maka efek induktif akan
diteruskan kesemua atom, oksigen dari hidroksida pada asam menjadi relatif
lebih positif, hydrogen mudah lepas kesamaan karboksilat bertambah.
Contoh : Bandingkan keasaman dari CH3
COOH pka = 4,80 dan
Cl
– CH2 – COOH pka = 2,86
Bila
ada gugus yang terikat pada alkil dari asam karboksilat bersifat mendorong
elektron, maka efek induktif akan diteruskan kesemua atom, oksigen dari
hidroksida pada asam menjadi relatif lebih negatif, hidrogen sukar lepas keasmaan
karboksilat berkurang.
Contoh : Bandingkan keasaman dari CH3 COOH pka = 4,80 dan
(CH3)3
C – COOH pka = 5,05 dan
Catatan : 1. pka
adalah = - log ka, jika pka kecil berarti asam kuat dan sebaliknya
2. Keasaman lebih besar berarti kebasaan lebih kecil dan
sebaliknya.
Efek Induksi (E elektrostatik) akan
berkurang dengan adanya jarak gugus induksi dengan pusat reaksi (COOH).
Bandingkan keasaman senyawa :
2.1). Cl –(CH2)2 –COOH pka = 4,0
dan
2.2). Cl –CH2 –COOH pka
=2,86
Menurut consensus :
v Gugus yang menarik elektron lebih dari atom H
disebut I-
v Gugus yang mendorong electron lebih besar
dari atom H disebut I- .
Factor lain disamping
resonansi stabil dari ion karboksilat mempengaruhi keasaman dari senyawa.
Delokalisasi lebih jauh dari muatan negatif ion karboksilat menstabilkan anion,
relative terhadap asamnya. Penambahan kestabilan dari anion menyebabkan
bertambahnya keasaman dari suatu asam. Misalnya, khlor elektronegatif. Dalam
asam khloroasetat, khlor menarik keerapatan elektron dari elektron dari gugusan
karboksil ke dirinya. Penarikan elektron ini menyebabkan delokalisasi lebih
jauh dari muatan negatif, jadi menstabilkan anion dan menambah kekuatan asam
dari asamnya. Asam khloroasetat lebih kuat dari asam asetat.
Makin besar penarikan
elektron oleh efek induktif, lebih kuat asamnya. Asam dikloroasetat mengandung
dua atom khlor yang menarik elektron dan merupakan asam yang lebih kuat dari
pada asam khlorasetat. Asam trikhloroasetat mempunyai tiga atom khlor dan lebih
kuat lagi daripada asam dikhloroasetat.
Dalam suatu ikatan kovalen tunggal
dari atom yang tak sejenis, pasangan electron yang membentuk ikatan sigma,
tidak pernah terbagi secara merata di antara kedua atom. Electron memiliki
kecenderungan untuk tertarik sedikit ataupun banyak kea rah atom yang lebih
elektronegatif dari keduanya. Misalnya dalam suatu alkil klorida, kerapatan
electron cenderung lebih besar pada daerah didekat atom Cl daripada atom C.
sebagai penunjuk bahwa atom yang satu lebih elektronegatif, secara umum
dituliskan sebagai berikut:
Jika atom karbon terikat pada klorin
dan ia sendiri berikatan pada atom karbon selanjutnya, efek induksi dapat
diteruskan pada karbon tetangganya.
Akibat dari pengaruh atom klorin,
electron pada ikatan karbon klorin didermakan sebagian ke klorin, sehingga
menyebabkan C1 sedikit kekurangan electron. Keadaan C1 ini menyebabkan C2 mesti
mendermakan juga sebagian elektronnya pada ikatan C2 dengan C1 agar menutupi
kekurangan electron di C1. Begitu seterusnya. Namun, efek ini dapat hilang pada
suatu ikatan jenuh (ikatan rangkap), efek induktif ini juga semakin mengecil
jika melewati C2. Pengaruh distribusi electron pada ikatan sigma ini dikenal
sebagai efek induksi.
Sebagai perbandingan relatifitas
efek induksi, kita memilih atom hydrogen sebagai molekul standarnya, misalnya
CR3-H.
1.
Jika ketika atom H dalam molekul ini diganti dengan Z (atom
ataupun gugus), kemudian kerapatan electron pada bagian CR3 pada
molekul ini berkurang daripadadalam CR3-H, maka Z dapat dikatakan
memiliki suatu efek – I (efek penarik electron / electron-withdrawing /
electron-attracting). Contoh gugus dan atom yang memiliki efek – I: NO2,
F, Cl, Br, I, OH, C6H5-.
2.
Jika kerapatan electron dalam CR3 bertambah besar
dari pada dalam CR3-H, maka Z dikatakan memiliki efek + I (efek
pendorong electron / electron-repelling / electron-releasing). Contoh gugus dan
atom yang memiliki efek + I: (CH3)3C-, (CH3)2CH-,
CH3CH2-, CH3-.
Sifat induksi terjadi karena adanya perbedaan
keelektronegatifan . Gejala elektrostatik diteruskan melalui rantai
karbon. Efek induksi terdiri atas dua yaitu +I(pendorong electron) dan –I (penarik electron). Menurut konvensi gugus penarik electron
yang lebih besar dari hydrogen H merupakan efek induksi –I sedangkan gugus
penarik electron yang lebih lemah dari hydrogen H merupakan efek induksi +I.
Gugus alkyl yang terikat pada gugus fungsi senyawa organic merupakan
gugus pendorong electron, dimana semakin besar alkyl yang terikat pada gugus
fungsi akan mengakibatkan factor +I semakin besar.
Berikut ini urutan reaktifitas induksi –I (penarik
electron) adalah sebagai berikut:
-Cl > -Br >
-I > -OCH3 > -OH > -C6H5 > -CH+CH2
> -H
Efek induksi dari beberapa gugus yang terikat
pada gugus fungsi senyawa organic dapat dilihat pada tabel berikut ini,
Tabel 1. Efek induksi
beberapa gugus
-I
|
+I
|
||
-NH3+
|
-OR
|
-CH3
|
|
-NR3+
|
-SH
|
-CH2R
|
|
-NO2
|
-F
|
-SR
|
-CHR2
|
-Cl
|
-CH=CH2
|
-CR3
|
|
-COOH
|
-Br
|
-CR=CH2
|
|
-COOR
|
-OH
|
Sifat induksi yang
dimiliki sernyawa tersebut mempengaruhi reaktivitas molekul senyawa organic
tersebut, mis. senyawa asam karboksilat akan mempengaruhi sifat keasaman
senyawa asam karboksilat dan pada senyawa alkyl halide akan mempengaruhi gugus
lepas pada reaksi substitusi dan eliminasi sedangkan senyawa karbonil akan
mempengaruhi jalannya reaksi adisi nukleofil, dan sebagainya.
Senyawa asam karboksilat antara asam asetat dengan asam ά-kloro asetat, sifat
keasaman ke dua senyawa akan berbeda , dimana gugus metil CH3 pada
asam asetat bersifat +I (pendorong electron) sehingga atom C pada gugus
karboksilat lebih bermuatan positif sehingga H+ dari asam asetat
sulit lepas daripada asam ά-kloro asetat. Jika H+ susah lepas
maka keasaman akan berkurang (Ka kecil) dan pKa besar. Gugus Cl pada posisi ά
pada asam ά-kloro asetat bersifat sebagai –I (penarik electron) sehingga atom C
pada gugus karboksilat kurang bermuatan positif sehingga H+ dari
asam asetat mudah lepas maka keasaman akan bertambah (Ka besar) dan pKa kecil.
Jadi sifat keasaman senyawa ά-kloro asetat > asam asetat.
Untuk senyawa asam
karboksilat yang mempunyai sifat induksi +I (pendorong electron) yang semakin
besar maka sifat keasaman senyawa akan berkurang, mis. sifat keasaman dari asam
asetat > asam propionate.
Senyawa asam karboksilat yang sifat penarik electron semakin kuat maka sifat
keasaman senyawa akan bertambah, mis. senyawa ά-kloro asetat dengan ά-fluoro
asetat. Fluor F lebih elektronegatif daripada klor Cl, maka keasaman
ά-fluoro asetat > ά-kloro asetat.
Untuk senyawa asam
karboksilat yang mempunyai sifat induksi -I (penarik electron) yang semakin
besar maka sifat keasaman senyawa akan bertambah. Semakin jauh gugus penarik
electron maka sifat keasaman senyawa asam karboksilat akan berkurang.
Faktor
induksi pada berbagai senyawa asam karboksilat yang telah diterangkan di atas
maka harga pKa beberapa senyawa asam karboksilat dalam air pada suhu 25oC
dapat dilihat pada table 2.
Tabel 2. Harga pKa beberapa senyawa asam karboksilat
Asam
|
pKa
|
Asam
|
pKa
|
Asam
|
pKa
|
CH3COOH
|
4,80
|
FCH2COOH
|
2,66
|
OHCH2COOH
|
3,83
|
(CH3)3N+-CH2COOH
|
1,83
|
ClCH2COOH
|
2,86
|
2,43
|
|
NH3+-(CH2)4COOH
|
4,27
|
Cl2CHCOOH
|
1,30
|
HOOCCH2COOH
|
2,83
|
-O2C-CH2COOH
|
5,69
|
Cl3CCOOH
|
0,65
|
CH3CH2COOH
|
4,88
|
-O2C-(CH2)4COOH
|
5,41
|
Cl(CH2)COOH
|
4,0
|
(CH3)3CCOOH
|
5,05
|
HCOOH
|
3,77
|
DAFTAR PUSTAKA